Selasa, 03 Juli 2018

Pertemuan.


“Saya otw Kak.” Chat yang dikirim Ari ke Mona.
Mona hanya membalas, “oke”.
“Kak, saya ada di dalem ini soalnya baru dari Biro Keuangan. Mau ketemu dimana kita?”. Ari kembali mengirim pesan ke Mona via WA.
Seketika senyuman tergambar diwajah Mona. “Lobi boleh”. Balas Mona ke Ari. Tak perlu menunggu lama Ari sudah membalas , “oke Kak”.
Mona langsung keluar ruangan dan menuju ke lobi yang masih satu lantai dengan ruangannya dan tak ketinggalan hp masih dalam genggaman jaga-jaga ada kabar lagi dari Ari. Sekitar 2 menit kemudian Mona sudah sampai di lokasi janjian (red : Lobi). Mona menengok ke kanan dan ke kiri menyapu lobi untuk mencari sosok Ari. Sepertinya tak terlihat batang hidung si Ari ini. Mungkin masih di Biro Keuangan kali ya, pikir Mona. Baiklah kembali Mona fokus dengan handphone Xiomi yang ada ditangannya sambil bersandar di tiang besar dekat lift yang ada di lobi. Kembali Mona menatap ke arah tangga dan bergantian menatap ke arah lift. Kira­-kira Ari lewat mana ya? Tangga atau lift ya? Secara Biro Keuangan memang ada di lantai 3. Ah sudahlah, tunggu aja. Dalam hati Mona mulai bicara sendiri. Masih asik Mona main HP, tak berapa lama suara lift berbunyi “ting” dan pintu lift terbuka.

“Maaf ya Kak, lama ya?” Sapa Ari yang baru keluar dari lift bersama temannya. Kali ini style Ari lebih rapi dari biasanya karena memang dalam agenda pengurusan administrasi buat sidang skripsinya. Ari merupakan salah satu mahasiswa aktif IPB yang sedang berusaha menyelesaikan studi Sarjananya dan sedang mengambil program fastrack. Fastrack merupakan program percepatan dalam menyelesaikan studi S1 dan S2 dalam waktu lebih singkat dari pada waktu umumnya.

“Eh enggak kok. Hardisknya dibawa kan?” To the point banget Mona langsung ke inti pertemuan pada siang hari itu.
“Iya Kak. Ini Kak” (sambil Ari menyerahkan hardisk eksternal merk Seagate milik Mona yang dibungkus dengan dompet kecil warna hitam dan ada sedikit aksen garis merah pada pinggir resletingnya. Hardisk eksternal tersebut mempunyai kapasitas 1 Tera yang cukuplah untuk menyimpan foto-foto kegiatan dan dokumen lainnya). “Udah saya pindahin Kak semua fotonya.” Dengan wajah yang seperti biasa selalu sumringah dan penuh semangat. “Terus . . . . .”
Belum selesai kalimat Ari, Mona langsung mengambil hardisk dari tangan Ari dan menyampaikan terima kasihnya karena sudah berkenan membantu Mona. “Sipsip, makasih ya Ari”. Dan tanpa benar-benar menatap wajah Ari, Mona langsung balik badan untuk kembali ke ruangan. Sedangkan Ari yang sedikit tersentak dengan sikap Mona karena tidak seperti biasanya Mona bersikap seperti itu. Di mata Ari, Mona adalah sosok yang unik dan special. Dimana setiap kali Ari bertemu dengan Mona, entah kenapa selalu membuat Ari ingin terus tersenyum dan ingin sekali banyak cerita yang disampaikan. Tepatnya ingin terus memandang Mona dengan ekspresi khasnya. Bagi Ari, Mona tidak cerewet dan juga tidak pendiam melainkan porsinya pas. Sikap dan tanggapannya dalam keadaan apapun selalu sesuai dengan situasi yang terjadi. Ari memang tidak tahu banyak soal Mona. Tapi Ari juga tidak penasaran dengan Mona. Ari hanya tahu kalau Mona adalah alumni IPB yang artinya Mona adalah Kakak kelasnya selama di IPB. Mungkin kak Mona lagi ada yang diurus, solanya fokus banget sama HP tadi. Pikir Ari menghibur diri.

Rabu, 23 November 2017
Pertemuan itu berawal dari ketika Ari menerima tawaran seorang dosen untuk menjadi photographer di salah satu acara kampus di mana koordinator dari acara tersebut adalah Mona Indriyani atau yang sering dipanggil Mona. Seorang perempuan yang lincah dan penuh semangat serta terlihat sekali pekerjaan yang Mona lakukan dengan sepenuh hati. Kali itu Ari memang hanya tahu nama saja tanpa banyak bercakap dengan Mona karena merasa kurang percaya diri. Percakapan pertama Ari dan Mona adalah saat Mona mengarahkan Ari dalam acara tersebut. “Ari ya? Yang bantu foto-foto kan? Ari nanti langsung ke ruangan acara ya. Buat dokumentasi diluar sudah ada temen saya yang handle , Ari foto-foto moment yang di dalam ruangan aja ya.”Walau sedikit gugup, Ari berhasil menutupinya dengan stay cool dan langsung menjawab, “iya Kak, siap”. Itulah awal perkenalan Ari dan Mona dimulai.

Sepanjang acara kala itu Ari mencoba mengambil moment – moment terbaik. Sesekali melihat kearah Mona dan memandang dari kejauhan. Ada rasa kagum dalam diri Ari, kagum terhadap semangat Mona. Dan hampir saja Ari tertangkap Mona yang sedang melihat sekitar dalam ruangan. Seketika Ari mematung di tempat dengan kamera yang masih terkalung dilehernya. Tiba ­– tiba Mona berjalan kearah Ari yang memaku di dekat pintu keluar. “Ari udah makan?” tanya Mona sambil memegang gagang pintu seperti hendak membuka pintu dan akan keluar. “Sudah Kak,hhee” Jawab Ari dengan gaya setenang mungkin untuk menutupi kegugupannya. “Siplah kalau gitu”. Kata Mona sambil keluar ruangan. Hah, lega. Pikir Ari.
Dan tak terasa acara pun selesai pada pukul 22.00 WIB. Ari bergegas mencari Mona untuk memberikan dokumentasi kegiatan. Tapi niat itu Ari urungkan karena sudah larut malam dan barang-barang juga sudah dibereskan. Akhirnya Ari putuskan untuk memberikan foto­-foto kegiatan dihari berikutnya. Biar ada alasan juga bagi Ari untuk bertemu lagi dengan Mona. Tapi memang benar kan, mindahin foto butuh waktu lama karena banyak dan ukuran filenya besar juga. Pikiran itu tiba-tiba datang dan membenarkan keputusan yang diambil Ari. “Kak, fotonya saya kasih besok ya. Nanti saya pindahin dulu ke CD terus saya anter ke kantor kakak.” Tutur Ari ketika melihat Mona yang sedang melintas di depannya. Nampaknya Mona sedang riweuh (red : repot) mengurus pengisi acara dan menyalami tamu-tamu lainnya yang hendak pulang. “Sekalian saya pamit pulang dulu ya Kak.” Ari putuskan kalimat itu yang dilontarkan agar tidak semakin membuat Mona merasa harus menjamu Ari juga.
“Oh iya. Ari udah makan belum? Makan dulu gih. Udah dapet sourvenir belum? Bentar saya ambilin ya.” Jawab Mona tanpa benar-benar menatap mata Ari.

Belum sempat Ari menjawab pertanyaan yang diajukan Mona, Mona sudah berjalan menuju arah lainnya untuk mengambilkan sourvenir untuk Ari. “Hmmm, bahkan masih saja memikirkan orang lain. Kakak tuh yang belum makan dari tadi. Dari acara mulai sampai selesai sama sekali tidak menyentuh makanan. Meladeni tamu yang ngajak ngobrol, panitia yang foto bareng, ngurus pengisi acara dan bla bla bla bla. Unik banget sih Kakak ini” Batin Ari. Tanpa terasa senyuman mengembang di bibir Ari dan seketika malam terasa seperti pagi hari dengan semangat yang meletup-letup. Ngantuk pun pamit tanpa suara.

Kedatangan Mona menyadarkan Ari dan sesegera mungkin Ari menerima sebuah bingkisan yang diberikan Mona. “Makasih ya Ari sudah dibantu. Jangan kapok ya nanti kalau saya minta bantuan lagi. Hhee” Kata Mona ketika menyampaikan sourvenir kepada Ari. “Iya Kak, santai. Saya malah seneng sudah dilibatkan. Pamit dulu ya Kak” jawab Ari.
“Iya, hati-hati di jalan ya” pesan Mona kepada Ari.
“Iya Kak”, jawab Ari sambil melambaikan tangan kepada Mona dan berjalan menjauh menuju eskalator turun.

Jum’at, 24 November 2017
“Assalamu’alaykum Kak” Sapa Ari ketika melihat Mona di tempat kantornya.
“Wa’alaykumsalam wr wb, eh Ari. Udah dipindahkan kah fotonya?” balas Mona
“Udah Kak, ini di CD semua saya pindah ke sini ya Kak.” Jawab Ari sambil tersenyum stay cool seperti biasanya. “Oke, siap. Saya terima ya. Makasih Ari” sambil menerima CD dari Ari sambil tersenyum. Kemudian Ari pamit pergi setelah urusan utamanya selesai. Sebenarnya dalam hati Ari ingin berlama-lama ngobrol dengan Mona tapi nampaknya waktu kurang mendukung karena ada mahasiswa lainnya yang antri juga mau ketemu Mona. “Ya Allah, ijinkanlah hamba untuk bertemu kembali dengan ia ya Allah” Do’a Ari ketika meninggalkan kantor Mona.

Dan selang beberapa bulan kemudian tiba-tiba pesan yang selama ini ditunggu pun muncul. “Assalamu’alaykum Ari, Ari apa kabar? Tanggal sekian Ari kosong kah? Biasa Ari, mau minta bantuan seperti acara November tahun lalu Ari ^_^” Nampak di layer nomor dan foto Mona.
Seketika Ari langsung balas, “ Wa’alaykumsalam wr wb, alhamdulillah baik Kak. Wah siap Kak, tapi buat tanggal berapa dulu Kak?” tanya Ari. “Tanggal 14 Ari, gimana bisa kah?” balas Mona
Dan memang kebetulan di tanggal itu Ari kosong jadi langsung aja Ari balas pesan dari Mona, “insyaallah bisa Kak. Kebetulan kosong juga Kak”.
“Alhamdulillah, sipsip. Sampai ketemu tanggal 14 Ari J” pesan dikirim dari HP Xiomi Mona ke iphone Ari.
“Iya Kak, insyaallah”. Balas Ari dengan ekspresi senang yang untung saja tak nampak oleh Mona. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas rahmatmu. Engkau kabulkan do’a hambamu yang penuh dengan dosa ini ya Allah. Terima kasih ya Allah. Dalam hati Ari bermunajat. Ari tipe laki-laki yang sama seperti laki-laki lainnya yang berharap bisa bersama dengan wanita yang dikaguminya. Tapi sepertinya baru kali ini Ari tidak bisa serta merta mengajak wanita tersebut untuk menjadi kekasihnya atau bahasa anak sekarang pacaran. Karena jelas Mona bukan tipe wanita yang mau untuk diajak berpacaran. Selain itu, usia yang Ari sadari memang terpaut jauh karena Ari lebih muda 3 tahun dibandingkan Mona semakin membuat Ari ragu untuk menyatakan rasa sukanya. Dan akhirnya Ari memutuskan untuk beradaptasi dan membuat Mona nyaman ketika berada di sampingnya. Membuatnya selalu tersenyum ketika sedang dalam berada di satu event yang sama. Sehingga Mona terbiasa dengan adanya Ari dan merasakan kenyamanan tersebut. Cukuplah Allah dan aku yang tahu maksud hati Ari kepada Mona. Ari sudah bahagia. Dalam tahajutnya Ari selalu berdo’a, Ya Allah hasil akhir dari pertemuan ini aku pasrahkan kepadaMu ya Allah. Akankah engkau ijinkan ia menjadi pendampingku, penggenap separuh imanku, aku pasrahkan kepada Mu ya Allah. Engkau Yang Maha Membolak-Balikkan hati manusia. Segala perbedaan ini akan menjadi indah jika Engkau ijinkan ia bersanding dengan hambamu ini ya Allah. Amin ya Rabbal’alamin.

Ari tidak tahu apa yang membuat hatinya begitu condong kepada Mona. Jika jarak akan memisahkan raga ini maka hanya dengan do’a Allah akan mendekatkan hati dua insan manusia ini. Itulah yang Ari percaya, karena Ari tidak pernah berputus asa dengan rahmat Allah SWT. Kutitipkan ia hanya padamu ya Allah hingga saatnya tiba aku akan menjemputnya dengan izin Mu ya Allah. Amin.


========================================================================

Akhirnya satu cerpen coba-coba saya kembali bisa dipublikasikan setelah melewati tahapan keteguhan hati. Cerita di atas adalah fiktif belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh ataupun kisahnya. Mohon jangan dimasukkan ke hati :)
Terima kasih

#terusemangaterus
#prosesperjalanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar