Bismillah...
H
– 1 menuju 22 tahun. Aku akan belajar untuk jujur pada diri sendiri. Mungkin
tidak bisa ku sampaikan langsung, tapi hanya lewat tulisan. Tulisan ini aku
buat karena ketidakmampuan hati untuk menyimpannya lagi. Terlalu berat dan
terlalu sakit. Entah apa yang membuatnya begitu berat, tapi aku merasa hanya
sampai disinilah keterbatasannku untuk menyimpannya. Belajar untuk melewati
ketidakmampuanku untuk jujur pada diri sendiri.
Mungkin
ketika kamu membaca tulisan ini, kamu akan menemukan “Mun” yang berbeda. Aku
yang sudah tidak lagi berumur 21 tahun. Aku yang dulu selalu merasa tidak enak
menolak permintaan teman. Aku yang dulu tidak bisa bilang tidak pada orang. Aku
yang dulu tidak suka berdebat. Aku yang dulu tidak punya sikap. Setelah tulisan
ini, mungkin aku tidak akan seperti itu lagi.
Terima
kasih adalah kata pertama yang akan aku sampaikan padamu. Terima kasih atas
kesempatan yang telah diberikan kepadaku untuk menjadi rekan seorganisasi.
Terima kasih atas kepercayaannya. Terima kasih juga telah mewujudkan
mimpi-mimpiku yang sempat tertunda. Banyak hal yang aku pelajari darimu tentang
karakter seseorang, tentang pilihan dan tentang pentingnya untuk mempunyai
sikap.
Kepercayaan
adalah hal penting dalam berteman menurutku. Terkadang membutuhkan waktu untuk
menumbuhkan rasa kepercayaan tersebut bagiku. Entah karena hal apa kesimpulanku
terhadapmu adalah aku tidak percaya padamu. Tidak bisa percaya padamu. Dan
sekarang semakin memantapkanku aku tidak mau percaya padamu. Apapun yang akan
kau katakan, aku akan men-stop omonganmu. Karena aku yakin kamu tidak akan
pernah melakukan apa yang kamu bicarakan. Aku mencoba mencegahmu menyampaikan
janji-janji yang sebenarnya tidak akan kamu tepati. Supaya tidak menjadi beban
pikiran bagimu ketika janji tersebut tidak bisa diwujudkan.
Mohon
maaf adalah kata berikutnya yang akan aku sampaikan padamu. Jika kamu merasa
aku berubah sikap padamu, ingin rasanya aku bertanya, “apa yang berubah??” Aku
tetap bersikap seperti pada awalnya, seperti pada awal mula kau menawariku
amanah mulia ini dengan 2 syarat yang
aku ajukan dan kau terima, seperti pada awalnya aku belum bekerja satu team
denganmu, seperti pada awal mula kau belum mengenalku. Mungkin karena itu kamu
menganggapku berubah sikap padamu karena kau mengambil pilihan tersebut. Bukan.
Seperti pada awalnya saat kau minta ijin untuk mengambil pilihan tersebut,
itulah tanggapanku. Tidak ada yang tidak aku sampaikan.
Aku hanya minta satu kali. Aku
hanya bertanya satu kali. Aku hanya menyampaikannya satu kali. Dan aku hanya memberikan
kesempatan satu kali.
Aku
menerima pilihan yang kau ambil. Aku memahami posisimu saat ini. Aku pun
mengerti perasaanmu saat ini. Feelingku padamu selama ini tidak pernah salah.
Hanya saja aku tidak akan bereaksi sama seperti dahulu. Karena itu memang sikap
yang aku ambil. Sekarang ini aku sedang fokus menjaga nama baikmu di depan mereka
yang kamu tinggalkan. Adek-adekku yang harusnya tidak mendapatkan cobaan
seberat ini saat pengalaman pertama mereka di organisasi tingkat KM. Mencoba
menggantikan peranmu waktu itu. Mencoba memberikan perhatian lebih kepada
mereka yang dulu kau berikan pada mereka. Mencoba memenuhi kebutuhan mereka
yang dulu selalu kau penuhi saat kau masih bersama mereka. Mencoba menggantikan
peranmu dimata mereka dan tetap menjaga peranku juga di depan mereka. Butuh
waktu bagi mereka untuk menerima keadaan baru ini. Berbeda dengan aku yang
sudah berpengalaman dalam menghadapi kondisi seperti ini, tidak perlu waktu
lama bagiku untuk mencerna kondisi dilema organisasi ini. Dan mungkin inilah
salah satu alasan Allah SWT menyatukan aku dengan adek-adekku ini. Untuk membantu
mereka melewati kondisi tersebut. Aku terlalu sayang pada mereka, dan tak akan
aku biarkan kondisi ini berlarut-larut membuat mereka sedih. Semangat
adek-adekku, Allah akan selalu menjaga kalian. Semoga kita semua termasuk umat
yang disayangi oleh Allah SWT. Amin J
Satu
hal lagi yang aku pahami darimu adalah aku dan kamu memang sangat berbeda. Kamu
sangat suka politik, sedangkan aku tidak. Kamu gampang memperlihatkan perhatian
di depan umum, sedangkan aku tidak. Kamu fleksible terhadap waktu, sedangkan
aku harus ontime waktu. Kamu sangat mudah berubah pikiran, sedangkan aku tidak.
Kamu yang mempunyai banyak prioritas sedangkan aku pilih-pilih prioritas. Kamu
yang suka pedes, sedangkan aku sama sekali tidak. Kamu yang banyak makan,
sedangkan aku tidak. Kamu yang suka show
up, sedangkan aku tidak. Banyak hal yang berbeda diantara kamu dan aku.
Baru ku sadari hal tersebut. Mohon maaf ini sikap yang aku ambil. Sepertinya aku lebih suka menjadi orang terjauh
bagimu.
Terima
kasih J