“Saya
otw Kak.” Chat yang dikirim Ari ke
Mona.
Mona
hanya membalas, “oke”.
“Kak,
saya ada di dalem ini soalnya baru dari Biro Keuangan. Mau ketemu dimana
kita?”. Ari kembali mengirim pesan ke Mona via WA.
Seketika
senyuman tergambar diwajah Mona. “Lobi boleh”. Balas Mona ke Ari. Tak perlu
menunggu lama Ari sudah membalas , “oke Kak”.
Mona
langsung keluar ruangan dan menuju ke lobi yang masih satu lantai dengan
ruangannya dan tak ketinggalan hp masih dalam genggaman jaga-jaga ada kabar
lagi dari Ari. Sekitar 2 menit kemudian Mona sudah sampai di lokasi janjian
(red : Lobi). Mona menengok ke kanan dan ke kiri menyapu lobi untuk mencari
sosok Ari. Sepertinya tak terlihat batang hidung si Ari ini. Mungkin masih di Biro Keuangan kali ya,
pikir Mona. Baiklah kembali Mona fokus dengan handphone Xiomi yang ada
ditangannya sambil bersandar di tiang besar dekat lift yang ada di lobi.
Kembali Mona menatap ke arah tangga dan bergantian menatap ke arah lift. Kira-kira Ari lewat mana ya? Tangga atau
lift ya? Secara Biro Keuangan memang ada di lantai 3. Ah sudahlah, tunggu aja. Dalam hati Mona mulai bicara sendiri.
Masih asik Mona main HP, tak berapa lama suara lift berbunyi “ting” dan pintu lift terbuka.
“Maaf
ya Kak, lama ya?” Sapa Ari yang baru keluar dari lift bersama temannya. Kali
ini style Ari lebih rapi dari
biasanya karena memang dalam agenda pengurusan administrasi buat sidang
skripsinya. Ari merupakan salah satu mahasiswa aktif IPB yang sedang berusaha
menyelesaikan studi Sarjananya dan sedang mengambil program fastrack. Fastrack merupakan program
percepatan dalam menyelesaikan studi S1 dan S2 dalam waktu lebih singkat dari
pada waktu umumnya.
“Eh
enggak kok. Hardisknya dibawa kan?” To
the point banget Mona langsung ke inti pertemuan pada siang hari itu.
“Iya
Kak. Ini Kak” (sambil Ari menyerahkan hardisk eksternal merk Seagate milik Mona yang dibungkus dengan
dompet kecil warna hitam dan ada sedikit aksen garis merah pada pinggir resletingnya. Hardisk eksternal tersebut
mempunyai kapasitas 1 Tera yang cukuplah untuk menyimpan foto-foto kegiatan dan
dokumen lainnya). “Udah saya pindahin Kak semua fotonya.” Dengan wajah yang
seperti biasa selalu sumringah dan penuh semangat. “Terus . . . . .”
Belum
selesai kalimat Ari, Mona langsung mengambil hardisk dari tangan Ari dan
menyampaikan terima kasihnya karena sudah berkenan membantu Mona. “Sipsip,
makasih ya Ari”. Dan tanpa benar-benar menatap wajah Ari, Mona langsung balik
badan untuk kembali ke ruangan. Sedangkan Ari yang sedikit tersentak dengan
sikap Mona karena tidak seperti biasanya Mona bersikap seperti itu. Di mata
Ari, Mona adalah sosok yang unik dan special. Dimana setiap kali Ari bertemu
dengan Mona, entah kenapa selalu membuat Ari ingin terus tersenyum dan ingin
sekali banyak cerita yang disampaikan. Tepatnya ingin terus memandang Mona
dengan ekspresi khasnya. Bagi Ari, Mona tidak cerewet dan juga tidak pendiam
melainkan porsinya pas. Sikap dan tanggapannya dalam keadaan apapun selalu
sesuai dengan situasi yang terjadi. Ari memang tidak tahu banyak soal Mona.
Tapi Ari juga tidak penasaran dengan Mona. Ari hanya tahu kalau Mona adalah
alumni IPB yang artinya Mona adalah Kakak kelasnya selama di IPB. Mungkin kak Mona lagi ada yang diurus,
solanya fokus banget sama HP tadi. Pikir Ari menghibur diri.
Rabu, 23 November 2017
Pertemuan
itu berawal dari ketika Ari menerima tawaran seorang dosen untuk menjadi
photographer di salah satu acara kampus di mana koordinator dari acara tersebut
adalah Mona Indriyani atau yang sering dipanggil Mona. Seorang perempuan yang
lincah dan penuh semangat serta terlihat sekali pekerjaan yang Mona lakukan
dengan sepenuh hati. Kali itu Ari memang hanya tahu nama saja tanpa banyak bercakap
dengan Mona karena merasa kurang percaya diri. Percakapan pertama Ari dan Mona
adalah saat Mona mengarahkan Ari dalam acara tersebut. “Ari ya? Yang bantu
foto-foto kan? Ari nanti langsung ke ruangan acara ya. Buat dokumentasi diluar
sudah ada temen saya yang handle ,
Ari foto-foto moment yang di dalam ruangan aja ya.”Walau sedikit gugup, Ari
berhasil menutupinya dengan stay cool
dan langsung menjawab, “iya Kak, siap”. Itulah awal perkenalan Ari dan Mona
dimulai.
Sepanjang
acara kala itu Ari mencoba mengambil moment – moment terbaik. Sesekali melihat
kearah Mona dan memandang dari kejauhan. Ada rasa kagum dalam diri Ari, kagum
terhadap semangat Mona. Dan hampir saja Ari tertangkap Mona yang sedang melihat
sekitar dalam ruangan. Seketika Ari mematung di tempat dengan kamera yang masih
terkalung dilehernya. Tiba – tiba Mona berjalan kearah Ari yang memaku di
dekat pintu keluar. “Ari udah makan?” tanya Mona sambil memegang gagang pintu
seperti hendak membuka pintu dan akan keluar. “Sudah Kak,hhee” Jawab Ari dengan
gaya setenang mungkin untuk menutupi kegugupannya. “Siplah kalau gitu”. Kata
Mona sambil keluar ruangan. Hah, lega.
Pikir Ari.
Dan
tak terasa acara pun selesai pada pukul 22.00 WIB. Ari bergegas mencari Mona
untuk memberikan dokumentasi kegiatan. Tapi niat itu Ari urungkan karena sudah
larut malam dan barang-barang juga sudah dibereskan. Akhirnya Ari putuskan
untuk memberikan foto-foto kegiatan dihari berikutnya. Biar ada alasan juga
bagi Ari untuk bertemu lagi dengan Mona. Tapi memang benar kan, mindahin foto
butuh waktu lama karena banyak dan ukuran filenya besar juga. Pikiran itu
tiba-tiba datang dan membenarkan keputusan yang diambil Ari. “Kak, fotonya saya
kasih besok ya. Nanti saya pindahin dulu ke CD terus saya anter ke kantor kakak.”
Tutur Ari ketika melihat Mona yang sedang melintas di depannya. Nampaknya Mona
sedang riweuh (red : repot) mengurus
pengisi acara dan menyalami tamu-tamu lainnya yang hendak pulang. “Sekalian
saya pamit pulang dulu ya Kak.” Ari putuskan kalimat itu yang dilontarkan agar
tidak semakin membuat Mona merasa harus menjamu Ari juga.
“Oh
iya. Ari udah makan belum? Makan dulu gih. Udah dapet sourvenir belum? Bentar
saya ambilin ya.” Jawab Mona tanpa benar-benar menatap mata Ari.
Belum
sempat Ari menjawab pertanyaan yang diajukan Mona, Mona sudah berjalan menuju
arah lainnya untuk mengambilkan sourvenir untuk Ari. “Hmmm, bahkan masih saja memikirkan orang lain. Kakak tuh yang belum
makan dari tadi. Dari acara mulai sampai selesai sama sekali tidak menyentuh makanan.
Meladeni tamu yang ngajak ngobrol, panitia yang foto bareng, ngurus pengisi
acara dan bla bla bla bla. Unik banget sih Kakak ini” Batin Ari. Tanpa terasa senyuman mengembang di
bibir Ari dan seketika malam terasa seperti pagi hari dengan semangat yang
meletup-letup. Ngantuk pun pamit tanpa suara.
Kedatangan
Mona menyadarkan Ari dan sesegera mungkin Ari menerima sebuah bingkisan yang
diberikan Mona. “Makasih ya Ari sudah dibantu. Jangan kapok ya nanti kalau saya
minta bantuan lagi. Hhee” Kata Mona ketika menyampaikan sourvenir kepada Ari.
“Iya Kak, santai. Saya malah seneng sudah dilibatkan. Pamit dulu ya Kak” jawab
Ari.
“Iya,
hati-hati di jalan ya” pesan Mona kepada Ari.
“Iya
Kak”, jawab Ari sambil melambaikan tangan kepada Mona dan berjalan menjauh
menuju eskalator turun.
Jum’at, 24 November 2017
“Assalamu’alaykum
Kak” Sapa Ari ketika melihat Mona di tempat kantornya.
“Wa’alaykumsalam
wr wb, eh Ari. Udah dipindahkan kah fotonya?” balas Mona
“Udah
Kak, ini di CD semua saya pindah ke sini ya Kak.” Jawab Ari sambil tersenyum stay cool seperti biasanya. “Oke, siap.
Saya terima ya. Makasih Ari” sambil menerima CD dari Ari sambil tersenyum.
Kemudian Ari pamit pergi setelah urusan utamanya selesai. Sebenarnya dalam hati
Ari ingin berlama-lama ngobrol dengan Mona tapi nampaknya waktu kurang
mendukung karena ada mahasiswa lainnya yang antri juga mau ketemu Mona. “Ya Allah, ijinkanlah hamba untuk bertemu
kembali dengan ia ya Allah” Do’a Ari ketika meninggalkan kantor Mona.
Dan
selang beberapa bulan kemudian tiba-tiba pesan yang selama ini ditunggu pun
muncul. “Assalamu’alaykum Ari, Ari apa kabar? Tanggal sekian Ari kosong kah?
Biasa Ari, mau minta bantuan seperti acara November tahun lalu Ari ^_^” Nampak
di layer nomor dan foto Mona.
Seketika
Ari langsung balas, “ Wa’alaykumsalam wr wb, alhamdulillah baik Kak. Wah siap
Kak, tapi buat tanggal berapa dulu Kak?” tanya Ari. “Tanggal 14 Ari, gimana
bisa kah?” balas Mona
Dan
memang kebetulan di tanggal itu Ari kosong jadi langsung aja Ari balas pesan
dari Mona, “insyaallah bisa Kak. Kebetulan kosong juga Kak”.
“Alhamdulillah,
sipsip. Sampai ketemu tanggal 14 Ari J” pesan dikirim dari HP Xiomi Mona
ke iphone Ari.
“Iya
Kak, insyaallah”. Balas Ari dengan ekspresi senang yang untung saja tak nampak
oleh Mona. Alhamdulillah, terima kasih ya
Allah atas rahmatmu. Engkau kabulkan do’a hambamu yang penuh dengan dosa ini ya
Allah. Terima kasih ya Allah. Dalam hati Ari bermunajat. Ari tipe laki-laki
yang sama seperti laki-laki lainnya yang berharap bisa bersama dengan wanita
yang dikaguminya. Tapi sepertinya baru kali ini Ari tidak bisa serta merta
mengajak wanita tersebut untuk menjadi kekasihnya atau bahasa anak sekarang pacaran. Karena jelas Mona bukan tipe
wanita yang mau untuk diajak berpacaran. Selain itu, usia yang Ari sadari
memang terpaut jauh karena Ari lebih muda 3 tahun dibandingkan Mona semakin
membuat Ari ragu untuk menyatakan rasa sukanya. Dan akhirnya Ari memutuskan
untuk beradaptasi dan membuat Mona nyaman ketika berada di sampingnya.
Membuatnya selalu tersenyum ketika sedang dalam berada di satu event yang sama.
Sehingga Mona terbiasa dengan adanya Ari dan merasakan kenyamanan tersebut.
Cukuplah Allah dan aku yang tahu maksud hati Ari kepada Mona. Ari sudah
bahagia. Dalam tahajutnya Ari selalu berdo’a, Ya Allah hasil akhir dari pertemuan ini aku pasrahkan kepadaMu ya
Allah. Akankah engkau ijinkan ia menjadi pendampingku, penggenap separuh
imanku, aku pasrahkan kepada Mu ya Allah. Engkau Yang Maha Membolak-Balikkan
hati manusia. Segala perbedaan ini
akan menjadi indah jika Engkau ijinkan ia bersanding dengan hambamu ini ya
Allah. Amin ya Rabbal’alamin.
Ari
tidak tahu apa yang membuat hatinya begitu condong kepada Mona. Jika jarak akan
memisahkan raga ini maka hanya dengan do’a Allah akan mendekatkan hati dua
insan manusia ini. Itulah yang Ari percaya, karena Ari tidak pernah berputus
asa dengan rahmat Allah SWT. Kutitipkan
ia hanya padamu ya Allah hingga saatnya tiba aku akan menjemputnya dengan izin
Mu ya Allah. Amin.
========================================================================
Akhirnya satu cerpen coba-coba saya kembali bisa dipublikasikan setelah melewati tahapan keteguhan hati. Cerita di atas adalah fiktif belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh ataupun kisahnya. Mohon jangan dimasukkan ke hati :)
Terima kasih
#terusemangaterus
#prosesperjalanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar