“Cinta itu anugerah, merasakannya adalah fitrah, menjaganya adalah
ibadah. Karena jatuh cinta adalah mubah atau boleh – boleh saja, namun
menyikapinya bisa menjadi pahala berlimpah atau malah menjatuhkan kita dalam
dosa dan musibah. Karena cinta itu anugerah luar biasa, maka pilihlah jalan
untuk memuliakan cinta. Menjauhkannya dari cara-cara nista dan meletakkannya
sesuai aturan Sang Pencipta.”
Satu paragraf kalimat yang begitu
ku ingat dari sebuah novel karya Fauzan Miftakhudin yang berjudul “Bicara Cinta”.
Setiap insan manusia, anak kecil,
remaja, dewasa, orang tua, anak muda, siapapun itu pasti pernah merasakan
perasaan hebat yang dinamakan “Cinta”. Ah, bukan pernah lagi. Mungkin sekarang
sedang merasakannya. Sebuah anugerah rasa yang Allah titipkan pada setiap hati
hambanya. Seperti kutipan paragraf di atas bahwa cinta itu anugerah, betul itu.
Cinta memang anugerah dari Allah SWT. Kemudian apakah salah jika merasakan
cinta? Tentu saja tidak, karena merasakan cinta yang artinya merasakan anugerah
rasa dari Allah SWT itu adalah sebuah fitrah, fitrah kita sebagai manusia yang
memiliki akal dan perasaan. Apalagi kalau kita mampu untuk menjaga cinta yang
Allah titipkan tersebut, maka perilaku itu akan menjadi bernilai ibadah. Dan
karena jatuh cinta adalah mubah atau yang bisa dibilang boleh – boleh saja,
lantas sikap/perlakuan apa yang akan kita berikan terhadap kata kerja yang
bernama “Jatuh Cinta” itu?
Pilihan perlakuan tersebut biasanya
akan berbeda-beda setiap orangnya. Akankah rasa jatuh cinta itu menguasai diri
kita? Ataukah kita yang akan mengendalikan rasa jatuh cinta itu? Ataukah kita
menolak rasa jatuh cinta itu? Ataukah kita menerima rasa jatuh cinta itu?
Ataukah ada perlakuan lainnya?
Yang jelas dari semua perlakuan
yang aku ketahui selama ini, kategorinya hanya ada dua perlakuan yaitu :
(1) Menyikapinya
dengan jalan yang menjatuhkan kita dalam dosa dan musibah, atau
(2) Menyikapinya
dengan jalan yang bisa menjadikannya pahala berlimpah
Apapun perlakuannya terhadap rasa
yang bernama “Cinta” tersebut, setiap insan manusia pasti sudah tahu dampak
yang ditimbulkannya.
Dan ini jalan yang kupilih.
Karena cinta itu anugerah luar biasa, maka kupilih jalan untuk memuliakan
cinta, memuliakan-Nya. Aku yakin cara inilah yang mampu menjauhkannya dari
cara-cara nista dan meletakannya sesuai aturan Sang Pencipta, Sang Maha Pemilik
Cinta, Sang Maha Pemilik Hati. Dengan tetap menjaganya, menjaga titipan-Nya.