Rabu, 09 Agustus 2017

SELAMAT ULANG TAHUN KAMU HARI INI ^_^

Selamat ulang tahun.......
Selamat ulang tahun.......
Selamat ulang tahun kamu, yang hari ini ulang tahun......
Selamat ulang tahun yang ke-24

Semoga keberkahan senantiasa dilimpahkan kepadamu. Do'a terbaik untukmu senantiasa dan selalu ku panjatkan kepada Allah Sang Maha Mengetahui isi hati setiap hamba-Nya.

Dan semoga di tahun depan aku bisa mengucapkan do'a ulang tahun mu secara langsung. Amin ya Allah

Senin, 19 Juni 2017

Karena Jatuh Cinta adalah Mubah atau Boleh – Boleh Saja

“Cinta itu anugerah, merasakannya adalah fitrah, menjaganya adalah ibadah. Karena jatuh cinta adalah mubah atau boleh – boleh saja, namun menyikapinya bisa menjadi pahala berlimpah atau malah menjatuhkan kita dalam dosa dan musibah. Karena cinta itu anugerah luar biasa, maka pilihlah jalan untuk memuliakan cinta. Menjauhkannya dari cara-cara nista dan meletakkannya sesuai aturan Sang Pencipta.”

Satu paragraf kalimat yang begitu ku ingat dari sebuah novel karya Fauzan Miftakhudin yang berjudul “Bicara Cinta”.

Setiap insan manusia, anak kecil, remaja, dewasa, orang tua, anak muda, siapapun itu pasti pernah merasakan perasaan hebat yang dinamakan “Cinta”. Ah, bukan pernah lagi. Mungkin sekarang sedang merasakannya. Sebuah anugerah rasa yang Allah titipkan pada setiap hati hambanya. Seperti kutipan paragraf di atas bahwa cinta itu anugerah, betul itu. Cinta memang anugerah dari Allah SWT. Kemudian apakah salah jika merasakan cinta? Tentu saja tidak, karena merasakan cinta yang artinya merasakan anugerah rasa dari Allah SWT itu adalah sebuah fitrah, fitrah kita sebagai manusia yang memiliki akal dan perasaan. Apalagi kalau kita mampu untuk menjaga cinta yang Allah titipkan tersebut, maka perilaku itu akan menjadi bernilai ibadah. Dan karena jatuh cinta adalah mubah atau yang bisa dibilang boleh – boleh saja, lantas sikap/perlakuan apa yang akan kita berikan terhadap kata kerja yang bernama “Jatuh Cinta” itu?

Pilihan perlakuan tersebut biasanya akan berbeda-beda setiap orangnya. Akankah rasa jatuh cinta itu menguasai diri kita? Ataukah kita yang akan mengendalikan rasa jatuh cinta itu? Ataukah kita menolak rasa jatuh cinta itu? Ataukah kita menerima rasa jatuh cinta itu? Ataukah ada perlakuan lainnya?

Yang jelas dari semua perlakuan yang aku ketahui selama ini, kategorinya hanya ada dua perlakuan yaitu :
(1)   Menyikapinya dengan jalan yang menjatuhkan kita dalam dosa dan musibah, atau
(2)   Menyikapinya dengan jalan yang bisa menjadikannya pahala berlimpah

Apapun perlakuannya terhadap rasa yang bernama “Cinta” tersebut, setiap insan manusia pasti sudah tahu dampak yang ditimbulkannya.

Dan ini jalan yang kupilih. Karena cinta itu anugerah luar biasa, maka kupilih jalan untuk memuliakan cinta, memuliakan-Nya. Aku yakin cara inilah yang mampu menjauhkannya dari cara-cara nista dan meletakannya sesuai aturan Sang Pencipta, Sang Maha Pemilik Cinta, Sang Maha Pemilik Hati. Dengan tetap menjaganya, menjaga titipan-Nya.



Rabu, 22 Februari 2017

PR : Taat Sistem yang Memakai Hati

Satu dilema kembali menuntut sebuah pilihan. Pilihan yang menjadi tidak mudah diputuskan karena harus mempertimbangkan dampak sekarang dan kedepannya. Bukan tentang hasil saja, tapi proses pun dituntut untuk sesuai dengan jalanan yang sudah terlebih dahulu dibangun.


"Bagaimana dengan jalan tol?", sempat terpikirkan hal tersebut.

Jawabannya, "Ada jalan tol juga yang sudah dibangun."

Tapi apakah sudah boleh dilewati jalan tol tersebut? Tentu saja boleh, tapi tidak untuk saat ini karena banyak dari para pengendara yang belum mempunyai SIM (Surat Ijin Melewati). Dua pilihan yang sama-sama tidak memudahkan. Lantas harus pilih yang mana? 

Dulu sekali memang aku hanya menggunakan hati dalam menjalankan amanah. Menggunakan hati/perasaan tanpa mempertimbangkan logika/prosedur yang ada. Sekarang amanah baru ini membalikkan posisiku dimana menuntutku untuk menggunakan logika/prosedur dalam menjalankannya. Mengikuti sistem yang sudah terbentuk. Tentu saja sistem ini tidak semata-mata sembarangan dibentuk, melainkan sudah banyak melewati evaluasi dan revisi serta pembaharuan setiap masanya. Melibatkan tidak hanya satu stakeholder, melainkan banyak stakeholder yang terlibat dalam sistem ini.

Tentu saja banyak pihak yang tidak taat sistem akan sangat mengkritik pilihan yang aku ambil untuk taat sistem ini, taat administrasi. Itulah mungkin sudut pandang yang dulu sempat aku pakai dalam menjalankan amanah. Jadi tahu betul aku seperti apa rasanya. Dan hal ini harus segera aku putuskan agar dampak dari tidak taat sistem  ini tidak menimpa angkatan-angkatan berikutnya. 

Hanya saja masih jadi PR besar dalam pelaksanaannya. Ternyata memang tidak mudah menjalankan taat sistem tersebut saja. Sepertinya akan lebih bijaksana jika amanah kali ini bisa aku jalankan sesuai dengan taat sistem yang memakai hati. Tapi bagaimana ?
itu PR yang sedang dan harus aku selesaikan segera agar tidak banyak pihak yang terkena dampaknya. Bismillah . . . 

Tulisan ini ditulis setelah daftar ulang Bidikmisi IPB semester genap 2016/2017 ditutup.

#terusemangaterus
#senantiasabersyukurapapunitu